Senin, 02 Agustus 2021

Pengolahan IPAL Industri

 IPAL Industri

Sahabat royal, limbah cair dari industri khususnya isndustri makanan merupakan salah satu penghasil limbah yang jika tidak diolah ditangani dengan baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dalam jangka panjang pencemaran lingkungan akan mencemari lingkungan dikarenakan limbah ini terdiri dari senyawa-senyawa organik yang relatif mudah terdegradasi oleh mikroorganisme.

Senyawa organik tersebut harus dikurangi atau dihilangkan terlebih dahulu sebelum diterima oleh badan air (sungai, danau dan sebagainya). Hal ini disebabkan karena lingkungan penerima limbah cair organik ini pada umumnya sudah tidak mempunyai daya dukung yang memadai untuk menerima beban pencemaran tersebut.


Secara umum, kondisi bahan pencemar dapat digolongkan atau diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Senyawa-senyawa organik terlarut

Senyawa ini dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut di dalam badan air. Hal ini akan membahayakan kehidupan biota di perairan. Di samping itu dalam suasana anaerob akan menimbulkan bau yang tidak menyenangkan (bau busuk).

2. Padatan tersuspensi

Bahan ini merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air. Bahan ini juga relatif mudah terdekomposisi sehingga menyebabkan berkurang atau habisnya oksigen terlarut di dalam air yang pada gilirannya akan mengganggu kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan air.

3. Warna dan kekeruhan

Warna dan kekeruhan ini akan menyebabkan masalah estetika

4. Nitrogen dan fosfor

Adanya senyawa nitrogen dan fosfor di dalam limbah cair yang dibuang langsung ke dalam badan air, akan menimbulkan proses eutrofikasi dan pertumbuhan algae yang tidak terkontrol.

5. Minyak

Pembuangan limbah cair yang mengandung minyak akan memperbesar kandungan bahan organik di dalam limbah cair tersebut.


Cara Pengolahan Limbah Restoran

Pengolahan Primer

Beberapa proses pengolahan primer yang biasa digunakan untuk mengolah limbah cair adalah :

Equalisasi

Proses ini dimaksudkan untuk mengontrol karakteristik limbah cair agar supaya fluktuasi kualitasnya dapat dikurangi. Proses ini sangat diperlukan apabila limbah cair akan mengalami proses pengolahan berikutnya. Equalisasi dilakukan dalam suatu bak yang ukuran dan jenis baknya sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah limbah cair yang diolah dan variabilitas aliran air limbah cair. Bak equalisasi yang digunakan harus dapat menampung keseluruhan jadwal proses dari suatu kegiatan produksi yang mungkin bervariasi dari segi debit limbah cair yang dihasilkan.

Bak equalisasi ini dappat pula dipakai sebagai tempat pengkondisian limbah cair sebelum mengalami proses pengolahan berikutnya. Secara sistematis, tujuan dilakukan proses di dalam bak equalisasi adalah sebagi berikut :

1. Untuk menjaga terjadinya umpan kejutan (shock loading) pada system proses biologi

2. Untuk mengontrol pH

3. Unntuk menjaga agar aliran limbah cair yang diolah pada siistem biologi dapat mengalir secara kontinyu, khususnya apabila keggiatan produksi sedang diberhentikan.

4. Untuk mencegah konsentrasi tinggi dari bahan-bahan toxic yang mungkin dihasilkan dari kegiatan produksi sebelum masuk ke sistem pengolahan biologi.

Bak equalisasi biasanya memerlukan mixer untuk menjamin homogenitas limbah cair. Tambahan pula, mixer ini juga membantu terjadinya proses transfer oksigen dari udara ke dalam limbah cair yang pada gilirannya akan mengurangi kadar BOD di dalam limbah.

Netralisasi

Beberapa limbah cair industri makanan bersifat asam atau alkali. Kondisi ini memerlukan langkah-langkah netralisasi sebelum limbah cair itu diijinkan untuk dibuangke badan air atau dimasukkan ke dalam sistem pengolahan berikutnya, baik secara biologi maupun kimia.

Sedimentasi

Proses pengendapan ini bertujuan untuk menghilangkan atau memisahkan padatan tersuspensi dari limbah cair.

Pemisah minyak (grease trap)

Pemisahan minyak ini menggunakan sebuah tangki grease trap. Di dalam tangki ini, minyak akan bebas mengambang dipermukaan dan membentuk sebuah lapisan yang dapat diambil atau dipisahkan.

Pengolahan Sekunder

Pada umumnya proses pengolahan sekunder terdiri dari proses aerobik dan anaerobik, digunakan untuk mendegradasi senyawa-senyawa organik yang terlarut di dalam limbah cair. Proses pengolahan ini menggunakan mikrooganisme untuk mendegradasi bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya diambil dari sistem yang sudah berjalan, dan dapat diambil dari keluaran sistem maupun dari lumpur yang terjadi. Di dalam prakteknya, mikrooorganisme awal yang biasa disebut sebagai starter, terlebih dahulu harus dilakukan aklimatisasi untuk mengkondisikan kebiasaan hidupnya dengan lingkungan yang baru.

Proses Aerobik

Proses aerasi bertujuan untuk memindahkan oksigen, baik oksigen murni maupun udara, ke dalam proses pengolahan biologis. Aerasi dapat juga digunakan untuk ”mengusir” senyawa yang mudah dari sejumlah limbah cair. Aerasi merupakan proses perpindahan (transfer) massa antara gas (oksigen) dan cairan. Transfer oksigen ke dalam limbah cair dipengaruhi oleh variabel fisik dan kimia, antara lain :

– Temperature

– Pencampuran secara turbulen

– Kedalaman limbah cair

– Karakteristik limbah cair

Beberapa peralatan aerasi yang umum digunakan pada skala industri saat ini adalah unitair diffusion; yaitu sistem aerasi turbin dimana udara dilepaskan dari bawah baling-baling yang berputar dan dari unit aerasi permukaan dimana akan terjadi perpindahan oksigen yang memungkinkan terjadinya turbulensi yang tinggi dari permukaan limbah cair.

Proses Anaerobik

Dekomposisi bahan organik di dalam limbah cair akan menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Proses dekomposisi ini berjalan tanpa adanya oksigen. Walaupun secara kinetika dan keseimbangan bahan sangat mirip dengan proses aerobik, tetapi beberapa syarat dasar perlu mendapatkan perhatian dalam merancang unit anaerobik ini.

Pada proses ini konversi dari asam-asam organik yang akan membentuk gas metana menghasilkan energi yang rendah. Akibat dari hal tersebut maka hasil pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan degradasinya juga rendah. Konversi bahan organik menjadi gas baik metana maupun karbondioksida dapat mencapai kisaran antara 80 – 90%. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, diperlukan kenaikan temperatur. Tetapi hal ini perlu diperhitungkan dengan matang, mengingat bahwa kenaikan temperatur ini akan menambah biaya operasional dari penanganan limbah cair.

Keuntungan dari proses ini adalah dihasilkannya gas metana yang merupakan bahan bakar yang dapat digunakan sebagi sumber panas. Selain itu, keuntungan lain adalah bahwa proses ini mampu untuk mendegradasi bahan organik yang tinggi di dalam limbah cair. Kandungan bahan organik yang rendah tidak efisien untuk diolah secara anaerobik.

Baca juga artikel:

Tangki IPAL Biosystem

Karakteristik air limbah

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support